Misi Kami
Misi kami adalah menginspirasi jutaan anak Indonesia untuk memiliki gaya hidup yang berkelanjutan.
Visi kami adalah memberikan kontribusi kepada jutaan komunitas untuk lebih berbahagia, sehat, dan lestari, di seluruh dunia dengan memberdayakan para pendidik lokal melalui pengetahuan dan keahlian yang tepat. Tujuan kami adalah mendorong para pendidik lokal menjadi agen perubahan dan menginspirasi murid mereka untuk menjadi pemimpin masa depan dalam pergerakan melawan perubahan iklim.
APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI INDONESIA
Alam Indonesia yang unik mengalami konflik dengan kebutuhan dunia akan sumber daya dan pertumbuhan ekonomi domestik yang didorong oleh pertumbuhan populasi sebesar 260 juta – termasuk didalamnya 85 juta anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan tentang lingkungan yang memadai.
Laju penggundulan hutan tercepat di dunia
Di Indonesia, hutan tropis seukuran 76 lapangan sepak bola ditebang setiap jamnya. Gangguan ekosistem yang besar ini menyebabkan banjir dan kebakaran hutan, mengakibatkan satwa liar seperti orang utan, macan, gajah, dan badak berada di ambang kepunahan.
Polusi yang merusak rantai makanan kita
Sungai Citarum di Jawa, dengan 2,000 pabrik disekitarnya, adalah sungai paling tercemar di dunia. Merkuri yang berbahaya masuk ke dalam daerah resapan air mulai dari tambang emas di Papua, Sumbawa, dan Kalimantan. Indonesia adalah penyumbang sampah plastik ke samudra terbesar kedua di dunia setelah Cina, sampah yang keliru dianggap makanan oleh hewan-hewan laut.
Perusakan ekosistem laut
Tingginya permintaan ikan ke Indonesia mengarah kepada penangkapan ikan secara berlebihan dengan cara yang merusak alam. 82 % terumbu karang di sepanjang 17,000 pulau di Indonesia telah rusak sebagai akibat dari penggunaan bahan peledak dan sianida, pukat, pemutihan, dan pengasaman laut untuk penangkapan ikan.
Eksploitasi satwa liar yang terancam punah
Popularitas obat tradisional dan hewan peliharaan menyebabkan satwa liar yang langka terancam punah. Spesies tersebut diantaranya adalah elang Jawa, Jalak Bali, Kukang, Trenggiling, ikan Pari, ikan Hiu sirip putih dan Rangkong.
Sistem pendidikan yang ketinggalan zaman
Sistem pendidikan di Indonesia mengalami kegagalan dalam memberikan pengetahuan melalui mata pelajaran utama sehubungan dengan pengetahuan tentang lingkungan dan pelestariannya. Alhasil, anak-anak memiliki pengertian yang sedikit sekali tentang bagaimana alam berproses di sekitar mereka dan juga mereka tidak memiliki figur yang cakap dalam memperkenalkan kesadaran lingkungan.
AKAR KAMI
Ide awal kami dalam mempromosikan education for sustainability dimulai dari gerakan di akar rumput pada tahun 2013 ketika Petr Hindrich melakukan perjalanan berselancar ke Pulau Sumba. Selama tinggal bersama komunitas lokal tersebut, Petr menemukan bahwa anak-anak setempat bertumbuh besar tanpa akses ke buku atau informasi mengenai lingkungan alam. Dia menyadari bahwa kurangnya pengetahuan tentang lingkungan menjadi kunci utama timbulnya masalah polusi, penggundulan hutan, dan masalah-masalah lingkungan lainnya di Pulau Sumba dan wilayah lainnya di seluruh Indonesia.
Kurangnya jejaring antar pendidik yang peduli pada lingkungan, buku menjadi alat yang sempurna untuk membuat anak-anak belajar tentang lingkungan alam. Petr pergi mencari buku-buku lingkungan yang baik untuk anak-anak di Jakarta dan membawa lebih dari 50 buku di dalam ransel besarnya kembali ke Pulau Sumba.
Termotivasi oleh reaksi positif anak-anak dan komunitas sekitar, Petr berkolaborasi dengan beberapa teman yang sepemikiran dan mendirikan Green-Books.org z.s. Pada tahun 2014 di Praha, Republik Ceko, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada penyelenggaraan pustaka lingkungan dan memasok buku-buku tentang lingkungan ke sekolah dan komunitas di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2017, dengan kerinduan untuk memberikan dampak positif yang lebih luas dalam dunia pendidikan, Green-Books.org tim mulai mengembangkan sebuah kurikulum pendidikan informal yang berisikan permainan dan aktivitas pembelajaran yang berbasis pada pengalaman peserta pembelajar.
Kemudian, di tahun 2018, dikarenakan kurangnya umpan balik dari sekolah-sekolah setelah mereka menerima buku, sebuah model baru dibentuk. Insentif hijau (buku-buku dan produk-produk yang ramah lingkungan sebagai hadiah) diberikan kepada sekolah-sekolah setelah mereka menyelesaikan kurikulum eco-education dan memberikan umpan balik.
Pada tahun 2019, Yayasan Green Books Indonesia didirikan di Denpasar, Bali, dengan tujuan untuk berkolaborasi dengan berbagai organisasi lainnya dan institusi-institusi pemerintah dalam rangka mendidik para pendidik lokal melalui sumber informasi online dan pelatihan-pelatihan. Program awal kami, Program Sekolah Nol Sampah, diluncurkan untuk menarik lebih banyak lagi para pendidik lokal yang peduli lingkungan. Para pendidik lokal yang peduli lingkungan ini merupakan aspek terpenting dalam perjalanan kami untuk memberikan dampak positif yang lebih besar dalam dunia pendidikan.
TIM KAMI
Kami adalah sebuah tim kecil tapi sangat bersemangat untuk mempromosikan pendidikan tentang lingkungan kepada anak-anak di seluruh Indonesia

Petr Hindrich
“While learning about different cultures around the world I noticed that happier people are not those who are surrounded by material, but those who are closely connected with nature, who accept the fact that humans are not the superior species that should seek to monopolize the planet. I tried to study this phenomenon, to find out what nature provides us and gradually became interested in environmentalism. Finally, I set my heart upon dedicating efforts and time to promote the love of nature and a sustainable way of life.”

Tomáš Jirsa
"Neither life, nor travelling is about being rich materially, but it’s about getting your ass up and do something that makes you happy--and it’s a bonus if you can make others happy along the way. Education, however, is something that makes you realize those things, along with issues such as inequality, poverty, and ecological issues. None of us are equal at the beginning of the “Monopoly” game of life, but education can equalize those differences. Love your family, appreciate friends, like what you do for a living, do sports, travel to learn about world around you."

Nurul Adhim
"I was born in a small village in Central Java, and when I work now with Green-Books.org, I realize that I had a very pleasant childhood because I lived with nature. After one year of teaching in a very remote forest area in South Sumatera, and five years working on alternative education in Jakarta, I am really proud to join the Green-Books.org team and find space to learn how to care more for our environment and about education for sustainability.
I hope together with Green-Books.org, we can create a new future for children’s education across Indonesia, through the spread of education for sustainability among teachers, by providing them the opportunity for developing their capacity anywhere and anytime they want."

Dr. Unna Chokkalingam
"I grew up in the mountains of southern India and spent my childhood communing with the plants, the insects and the clouds. And now after 28 years of forestry research, reviews and consulting work, I am acutely aware of the gap between existing knowledge as encapsulated in scientific research and policy reports, and its dissemination and follow through on the ground. Environmental education is an obvious key to bridge this critical information and implementation gap. It is also the key for inculcating understanding, love for and desire to live in harmony with nature in what is increasingly an urban global population. Given the current state of our planet, the need for environmental education and sustainable living has never been greater."

Gung Asri
"Since childhood, Gung Asri began her life in the forest. Her days were colored with learning and gardening. It has made her really close to the environment. After graduating in chemistry, she has worked as an elementary school teacher. She teaches the spirit of the environment to students through environmental activities at Saraswati Sukawati Elementary School. This year, she successfully introduced the environmental program at her school. Her goal is to spread the spirit of environmental awareness to kindergarten, junior high and vocational schools in the same foundation of her school and wider. She is very happy to do it, because it comes from her heart."